Friday, April 28, 2006

The Truth

beberapa tahun lepas, dapat dikatakan awal sebuah perubahan yang cukup drastis baik disetujui ianya mencakupi secara umum kehidupan mahasiswa di sini maupun tidak... yang jelas pada tahun tersebut ianya begitu mewarnai, ironisnya -bagi diri sendiri pula- bahwa waktu itu jualah awal perkenalan terhadap objek pewarna tersebut... yang untuk kemudian cukup akrab baik secara pemahaman akan berbagai nama yang disandangnya maupun keakraban sebagai salah satu sisi perjalanan hidup ketika itu.

tidak begitu bernilai -sebetulnya- jika kekerdilan bentuk dan rupa tidak begitu cantik -pula- yang menjadi tolok ukur, sebab yang lebih berkesan adalah kegondokan dan rasa kesal, geram dan bengang di setiap saat berlangsungnya interaksi.

ngomong-ngomong soal interaksi, mungkin sebagian orang yang juga telah lama mengenalnya akan merasa sedikit berlebihan menilainya dengan cara begini. Sebab terkadang ianya lumrah menjadi teman bagi kita walau serendah-rendahnya level persahabatan...
namun untuk membela diri ataupun mempertahankan nilai yang sudah terlanjur dipaparkan.. juga bukan sebuah kelemahan, sebab realitalah yang menjadi neracanya. Level terendah sampai kepada taraf ektstim sudah dilalui bersama... dan jangan heran apalagi mempertanyakan kalau sekarang kepekaan lebih bermakna 'sangat kenal' akan rasa jika interaksi itu eksis.

3 malam hitungan kehadiran diri kembali ke tanah kinanah ini, terasa nyaman dilalui sebab interaksi-interaksi yang begitu ramahnya dari pada kawan-kawan... yang bahkan membuat timbulnya rasa malu terhadap diri sendiri, seakan tidak semampu mereka memberikan keramahtamahan jika posisinya terbalik.. bukan sebagai penerima tapi adalah pemberi. Bagaimanapun, interaksi yang ini lain... bukan yang digambarkan diatas.

Nah, bermula dari tadi malam... bertandang sebuah interaksi yang cukup-cukup menyadarkan bahwa keberadaan diri di negeri ini sangatlah real, sebab memang sejak perubahan terproklamasikan negeri ini tidak luput -rasanya- dari hal ini. Dan itu terbukti pada malam tadi.

mungkin timbul pertanyaan, hal apa dan interaksi jenis apa gerangan kandungan tulisan ini.... hehehe dengan tersenyum lebar sebelum menjawab ku paparkan sungguh simple sebenarnya... sebab ianya adalah kepinding.

Monday, April 24, 2006

Pergi ataupun Pulang .....

Keistimewaan sesuatu terkadang tidak memerlukan kepekaan kita terhadapnya yang -terkadang juga- hanya menghasilkan
pembatasan-pembatasan nilai dan predikat. Namun tidak pula itu berarti ia-nya penting bagi seseorang, situasi dan kondisi.

Apa yang bertandang dalam perjalanan beberapa hari ini, berawal dari melaka -bahkan- jauh sebelum pergerakan itu sendiri
menjadi aktifitas... sampai kepada duduknya diri di atas bangku 22A pesawat ini, fenomena dan panorama yang terukir adalah
opsi pertama dari kandungan makna paragraf di atas.

Dalam lain kesempatan... aksi responsif terhadap sesuatu baik ia diwujudkan maupun disembunyikan tetap bukan jaminan
luahan keadaan sebenar, sebab yang hakiki adalah keabstrakan sensitifitas hati bersandingkan pengetahuannya.

Dalam perjalanan beberapa hari ini pula, bertandang kesadaran bahwa tawakkal adalah sikap sempurna bila ia berjalan pada porosnya tanpa luput akan kesadaran, tentunya. Sebab sikap memaksakan sesuatu realtif lebih condong negatif berbanding
pengaruh positifnya. Dan disebabkan kandungan positifisme tersebutlah, sikap terbaik adalah memalingkan pemaksaan itu kepada
keadaan realistis sehingga tak tercemar makna tawakkal seperti yang diungkapkan diatas.

Tidak mudah semua keadaan yang muncul, sebab tidak pula semuanya susah hampa dari segala unsur kemudahan. Itulah indahnya,
aneka ragam corak dan warna.

Berkaitan dengan qatar airways ini, ada perbedaan antara persepsi diawal dengan realita yang ada.. dimulai dari pertanyaan bisu akan jumlah golongan arab yang tidak seberapa, bahkan- tak terlihat sama sekali.. kecuali dua orang yang ketika checkin
begitu ramah -ramahnya arab- memberitahukan pasal antrian, tampang-tampang para kru pesawat (pramugari/a).. sampai kepada
hidangan makanan yang disajikan. Sebenarnya tentulah ketika dia -sang pramugari- menawarkan menu-menu, kurang dapat difahami.
Bukan kesalahan dipihaknya tapi lebih kepada kelemahan penguasaan bahasa di sisiku, tetapi Al-Hamdulillah tidak menimbulkan
sikap memalukan.. dan singkat kata terpilihlah noddle.. itu yang paling jelas terdengar. Tau-taunya.. hidangan di depan mata
tidaklah sebuah benda yang asing.. malah bisa dibilang cukup akrab ... begitupun rasanya, tidak sebatas itu... sebab tempe
berada disitu... hehe terasa lucu jika berpaling kepada persepsi awal tadi, sejak kapankah arab punya perbendaharaan tempe
dalam menu-menu makanannya.

Namun, begitulah keadaannya.. tidak ada yang absolut dapat diterapkan selama ianya bernilai -kemanusiaan/manusiawi- ataupun lebih luas -kemakhlukan/makhluk- sebab nilai absolut adalah milikNya. Tetunya dalam contoh-contoh diatas... segala pertimbangan berlanjut kepada konsekwensi-konsekwensinya adalah lingkaran kesempurnaan kita sendiri. Jadi letakkan semuanya pada tempatnya yang tepat.

menyingungg soal kerinduan.. sensitifisme akan segala rasa, logika dan keyakinan... pulangkan lah kepadaNya, sebab kita memang ada dijalanNya tanpa mampu sedikitpun berpaling setitik ke tepi. Konsepnya adalah yang baik datang dariNya dan yang tidak baik berpunca dari kelalain kita... disitulah letak keindahan tawakkal jika memang kita sedari, bukan sebatas ucapan lidah.

Mullah, 24 April 2006
Qatar Airways, QR-621, Seat No. 22A.

Saturday, April 08, 2006

Jika ia nilai keadaan sekarang...





Andaikata ilustrasi siang dan malam hanya dibatasi dengan terbit dan tenggelamnya matahari, maupun ditambah dengan peran timbul tenggelamnya bulan... sungguh tidak tepat untuk menyederhanakan situasi serta kondisi peristiwa yang bertandang di sini !

Namanya perandaian memanglah tidak sepatutnya sesuai, namun menyederhakan sebagai -sekaligus- upaya menghindari kompleksitas masalah yang dinamis cukup wajar menjadi keinginan setiap individu berkaitan...

hal di atas tak urung merupakan harapan, yang dapat diperandaikan pula dengan arah muara sungai sembari tujuannya ke lautan samudera lepas... diharapkan memanglah ini perandaian yang sesuai, semoga.

lingkaran kesederhanaan, dan kompleksitas sebuah nilai.... apapun bentuknya baik abstrak dan non-abstrak cukup dijalani dengan bersampankan kematangan diri disamping syarat arus yang benar... sebab selain dari pada itu maka kedua nilai itulah yang mengitari kita dan bukan sebaliknya.. (sebagai perputaran sewajarnya).

Memang kita dibekali dengan semua perlengkapan untuk hidup; nafas, hati, akal, panca indera, ruang, waktu dsb... tapi pada hakikatnya kehidupan itu adalah perjalanan baik dalam takaran Sang Khaliq maupun takaran kita sebagai makhluk, menyelaraskan unsur-unsur itu yang menjadi intinya. Artinya adalah berupaya tanpa menentukan dan berkeinginan tanpa memaksakan...singkatnya adalah tawakkal.

sebab pada hakikatnya kita mengakui -baik secara egoisme maupun tidak- bahwa kita tergolong orang waras, dan tentunya arah dan tujuan keinginan kita adalah yang memenuhi kriteria-kriteria kewarasan. Cepat dan lamban adalah problematika, itupun bukan hampa dari solusi...

ya.. bertawakkal lah kata Tuhan, dan memang dengan itu ketenangan dan saling kepercayaan satu sama lain terwujud secara harmonis... tidak akan ada ketimpangan menilai setelah itu wujud sembari pelaksanaan nasehat menasehati dalam kebaikanpun baru bersinar dengan cara ini.

Jika kita masih sanggup merasakan sebuah dinamika... sepatutnya bersyukur-lah langkah awal mesti 'ditapakkan' sebab itulah pertanda kita makhluk Tuhan berinitial 'manusia'