Monday, January 26, 2009

Serba Salah

hari ini aku serba salah...

he...h, apa sebenarnya ya definisi serba salah ini ?

serba itu = macam2, aneka ragam, jumlah bilangan majemuk... tak spesifik.

salah ya salah

menurutku ketika salah ini diposisikan..maksudnya disandingkan dengan si serba,

maka bermacam2 pula kuantitas dan kualitas arti,

makna dan penafsirannya.. mungkin jg kebenarannya-pun beragam.

Kemajemukan sejenis dan setimpal ataupun ada sisi berbalik pada

salah satu -kalaupun tidak banyak- sesuatunya itu, sebab memang

tidak ada yang mustahil.


Aku !

...ya AKu...,dengan keseluruhan dan kompleksitasku berkecamuk.


setuju dengan kebenaran2 dari sana dan sini... begitupun ku lihat juga
kesalahan -pada hal yang berbeda- dari tempat serupa juga.

sehingga ketidak-setujuanku adalah sekedar fakta terbalik
dari keadaan yang setuju itu.


Baru-baru ini aku ada baca postingan seseorang di salah satu
forum... (salah pula di sini = satu dari sekian banyak, sebab
gandengan kata satu), yakni edukasi tentang posisi.


Posisi;berposisi, memposisikan... -sebagai subjek- dan begitupula
sebagai objek; diposisikan maupun terposisikan.



ketika logika begitu cemerlang -jenius- sekalipun tidak akan
bernilai positif jika salah dalam posisi. Contoh buat bom untuk
bunuh orang, beda halnya dengan menggunakan dinamit (sama ajala b
om juga la) untuk meruntuhkan bangunan, dapat mengkalkulasikan
baik tambah, kurang, kali dan bagi hitungan juta bahkan milyar
tapi tidak sopan terhadap guru, kawan, apalagi orang tua.

ketika seorang guru berniat menasehati dengan menggunakan kata-
kata serapah...

ketika melarang hanya dengan kata-kata... tanpa aksi

ketika aksi bertindak tanpa kata-kata....

ketika semuanya bergabung !

..waduh pening kepalaku ... dan meledak!


logika ... belom lagi bercampur aduk dengan bumbu2 emosi, neraca
hati dan sebuah keputusan ...pilihan!


sudah terlihat tidak bagi orang lain keserba-salahanku?

...aku lebih menfokuskan kepada dari sejak awal dan sampai
sekarang semuanya adalah kesalahan!


dan ianya tidak kecil.. tidak sederhana.. dan tidak sepele

sebab bukan aku sendiri yang ada ke-kecamukan dalam diri semua
orang ada.. tak pedulila dari mana ianya berasal.. logika dengan
semua unsur2nya.. nalar dan interpretasi ditambah rasa dengan
unsur2nya.. emosi dan ego... begitu halnya dengan hati dengan
keterbukaan dan kehijabannya... sehingga bermuara ke neraca -lebih
tepatnya kancah- pemilihan .. dan kali ini pun pastinya dengan
segala konsekwensinya.


aduh... sungguh aku serba salah

nasi sudah jadi bubur.. walau ia tetap dari padi

mulutmu adalah harimaumu... walau aku adalah kucing


ah .. ntahla kalau sudah begini..

aku selalu merasa ketidak-sederhanaan maaf dan ampunan selagi
hijabnya yang terasa seakan sebagai topeng dan tameng belom
tersingkap dengan jelas. Jelas di aku dan jelas di orang.. dari
sini mungkin aku menerima status degil, keras kepala, ego,
sombong, angkuh, ... bahkan mungkin tak tau diri.

yang pemberi dan menyematkan lencana2 itu tidak tahu adalah tidak
selalunya aku meletakkan permohonan maaf itu di nomer tersulung..
sering aku mengedepannya di baris pertama! tapi ya itu tadi ..
kalau aku sendiri bingung dengan 'posisi'ku apalagi orang dengan
posisiku... dia juga perlu berposisi..


pantasla belajar itu tidak akan pernah ada jam istirahatnya
melainkan liang lahad!


...aku masih serba salah

Thursday, January 15, 2009

HARMONI

Ingin nyaman, tenang, damai … dan tak terganggu

Ingin senang, bahagia, ceria … dan tak berubah

… lumrah, wajar, rasional. Dan siapa yang tak mau ?!


 

Yang –terkadang- menjadi fitnah dengan semua keinginan ini, adalah 'benturan' ataupun sekedar berhadap-hadapan dengan hasrat, cita-cita, harapan orang lain. Siapa yang tidak ingin … tapi semua orang-kah ingin berbahagia dan orang lain besertanya ?

Secara asasi mungkin, namun 'garis-bawah' pada makna keinginan semua orang tadi adalah realita bukan sekedar abstaksi sebuah khayalan. Ironisnya, jika berhenti sejenak-pun pada tingkatan ilusi ini… nilai-nilai 'kebersamaan' tadi tetap pertanyaan besar !


 

Lihat sekeliling … 'dalam' dan 'luar' diri, … makhluk Tuhan !

Itulah neraca, timbangan, patokan, batasan dan klimaks dari sebuah keharmonian.


 

Agama-ku tak melarang menjadi kaya, bahkan menurut 'kalkulasiku' kekayaan adalah keharusan setiap muslim ! mungkin mulai berpaling ke makna abstrak ketika ucapan ini dicerna, …. Singkatnya kaya rohani. Sebuah ultimatum yang tepat sekali ! tapi harta topik di sini, dan ya… semua harta; uang, kenderaan, ladang, ternak, pasangan dan keturunan !


 

Cukuplah dengan mencedok segenggam air di samudera…

Zakat, zakat fitri, sedekah, haji. Apa yang mau di zakatkan jika kepemilikan harta yang cukup kriteria bukan pada kita, apa yang mau disedekahkan jika tidak ada yang bisa dikeluarkan. Dan haji adalah untuk orang yang mampu…

Memang ! kaya dan tidak, bukanlah status tidak hina dan iya, tercela dan tidaknya … ia adalah bentuk perjuangan.

Makanya penggambaran jihad menggunakan fasilitas-fasilitas yang dimiliki oleh kedua belah pihak. Dengan dirimu/fisikmu, dan dengan hartamu.

Berhentikah ?

Sebab ada yang tidak memiliki sama sekali !

Maka alangkah indahnya ketika agama ini meletakkan kekayaan rohani sebagai yang utama dalam bertujuan. Sehingga-kan menyingkirkan duri dari jalan, memberikan minum seekor anjing bahkan sebuah senyuman adalah saksi kunci pembuka pintu surga!

Kurang indah apa coba ?!


 

Oleh itu diri kita yang terdiri dari rambut ke kaki adalah seumpama ummat satu dengan lainnya. Telapak kaki tercucuk duri mulut berteriak, tangan terpaut sana sini menopang badan, kacau keadaan, balau keseimbangan, menebar rasa sakit di sukma, jiwa dan raga… itu baru duri… gimana kalau bom ?!


 

Herannya… sudah hampir2 dominan yang tidak lagi punya rasa sakit. Memperparah… penghulu-penghulu kita adalah abu simbel berkepala anjing yang bukan golongan anjing haus di atas, sebab yang dibawanya hanya penyakit rabies.


 

Bagaimana merasakan penderitaan orang jika wajah sendiri kena tampar tetap menyunggingkan senyum.

Diri sendiri tidak dikenali

.. ntah-ntah keinginan mengenali-pun nihil

Apa lagi yang tersisa ?!


 

Semoga keharmonian bukanlah suatu kemustahilan.

Sunday, January 04, 2009

Resiko

ada seekor semut yang ntah disebabkan apa... (dalam arti penisbatan kesalahan, khilaf ataupun nasib) "ter-sendiri" dari koloni bahkan kelompoknya...

ada seekor gajah yang kita tidak tau pasti selain keyakinan ianya terganggu... keluar dari hutan dan menyelonong bak membabi buta ke kawasan manusia...

pastinya ada seekor tupai yang biarpun lihai nak mampus lompat sana lompat sini ... terjatuh ! tidakpun pernah terlihat mata, paling tidak itulah pemuasan logika untuk berucap... karena terlanjur sudah sering lidah bersilat "sepandai-pandai tupai lompat akhirnya akan jatuh juga"...

resiko dari suatu pergerakan yang dinamai hidup adalah ciri-ciri dan kriteria yang tidak boleh saling dipisahkan... sama saja peran apapun yang di'bioskop'kan... sebab bukan predikatnya yang penting melainkan pertalian sebab-musabab yang juga mustahil dicerai berai.

perjuangan, penderitaan, senang, bahagia, susah, merana, diam, berbicara, tertawa, terbahak-bahak, kalem, adem, aktif, lincah, anarkis, bisu, tuli, bahkan dungu, gila, sinting..., ..., ...,
semua menyisakan ruang untuk resiko bertahta...

berani dan takut kadang menjadi klimaks nilai esensi sebuah pertanyaan ... itupun adalah pada tahap permulaan.
namun jika sudah mengetahui belenggu yang begitu menjerat ini .. kadang tidak mempersoalkannya justru lebih menyenangkan...
dalam arti pemahaman menjadi tonggak dan pondasi sikap.. sebab bukan naungan sejatinya tempat berteduh, tapi Yang Memiliki payunglah..., Dia.

nanti lanjut lagi ah .. lapar...tp futya ada di atas lagi ni, mo angkat kasian nampak nyenyak tidur.. mo angkat bangun pula.. nayya dgn mamanya dah dari tadi di bawah ... hmm .. laparr

tak mudah menyambung tali yang putus ataupun merangkaikan kembali tali gelang/jam.. ntah-ntah pula sudah dalam hitungan hari ia terbengkalai....

mengkais makna-makna yang ada adalah bagaikan ceker-ceker ayam mengkais tanah untuk satu tujuan .. makan, begitula seakan gambaran tidak peduli di atas ... yang sangat memungkinkan temboloknya penuh ... suara-pun nyaring.. detail soal makanan yang didapat..? bisa jadi cacing.. jagung.. sisa makanan.. dan lain-lain

itu ayam.. ya wajar ngak peduli.. sedap dan tidaknya mungkin hanya dibedakan dengan bau tahinya saja.. yang pasti, bertahan hidup (secara kasarnya) berjalan pada rel Sunnah Ilahi (halusnya).

kita ya bedala dengan ayam, semut, gajah dan tupai atau lainnya...
ketidakpedulian kita adalah kepedulian terhadap sesuatu yang lain, yang kadang menyebabkan ketidakpedulian ke hal lainnya juga... berseberangan ataupun masing-masing pada tempat yang berbeda. Artinya kontinuitas nafas kita sangatlah dinamis!

sebab kita semua adalah artis yang punya peranan masing-masing, bukan dalam arti eksisnya pemeran utama atau pemeran cadangan... sama sekali tidak! semua berperan dalam drama dahsyat ini... tidak seorangpun diantara kita yang menjadi juri apalagi sang raja zalim dengan algojonya... sebab tak lain dan tak bukan semua adalah serial latihan non stop sehingga sampai masanya kepada kehidupan sebenar, yang ironisnya bergantung pada peran yang kita jalankan... tapi ngak perlu begitu heran ataupun ternganga mulut mempertanyakan kenapa...sebab kan sudah dinyatakan tidak seorangpun di antara kita menjadi juri.. Dia.

tidak ada yang dinafikan dalam pentas tersebut... aturan, undang-undang, laws, syariah, rules, adat-istiadat... logika.. nilai... semua adalah unsur-unsur tak terpisahkan dari pementasan.

sehingga di ujung tak usahlah fokus kepada resiko.. konsentrasi pada metode, cara dan sikap adalah yang tepat.