Wednesday, July 19, 2006

Kepedulian, Kepentingan, Kepercayaan ...

tindak balas jika dijadikan asas sebelum adanya apa-apa sebagai muqaddimah maka percuma dijadikan patokan nilai sesuatu 'yang bernilai'. Karena dengan sendirinya itu merupakan kecacatan nyata sejak dini lagi. Tetapi, bila prakata dan sekapur sirih surah menjadi awal prosesnya.. maka tidak pernah salah terbentuknya satu image yang memiliki berbagai cabang penilaian; baik itu harapan (yang diharapkan, sangat diharapkan, sungguh diharapkan).... patokan kebahagian.

Kepemilikan akan sesuatu memang wujud sebuah prasasti yang menyatakan tidak terpisahnya kita akan nilai kebersamaan, terlebih jika eksistensinya adalah penjewantahan makna maksimal sebagai makhluk. Namun semuanya tidak akan ada arti ... jika kepedulian bukan berdiam di 'kosa kata' diri.

Menyadari akan sesuatu memang wujud sebuah tugu yang menyatakan kalau ia-nya penting, terlebih jika eksistensinya adalah demi kebaikan bersama. Namun semuanya tidak akan ada arti ... jika tidak merasakan kepentingan akannya.

kepercayaan ?
apa sebenarnya definisi dari kata ini...
sebelum terlanjur memberanikan diri untuk menjawabnya, lebih baik mengalihkan perhatian kepada pertanyaan "kepentingan dan kepedulian apa sandaran punya pertanyaan akan hal tersebut.. terlebih jawabannya sebagai perbendaharaan kosa kata diri?

sebenarnya-pun tak perlu bertanya, karena ia tidak akan pernah berakhir... ngak pernah terpikir apa setiap pertanyaan yang wajar dan benar secara tata-bahasa adalah dengang meletakkan tanda/simbol pertanyaan dibelakangya.. itulah isyarat -baik disadari maupun tidak- sebuah pernyataan ketiadaan akhirnya.

mungkin, relatifitas menjadi sandaran penilaian. pemain bola dengan mudah dan sesuka hatinya saja menyundul bola, sedang aku bila melakukannya serasa otak bergegar, para petinju justru dengan saling pukul cara cari duitnya, sedang kita jangankan di pukul.. kena cubitpun akan serta merta mementaskan 'efek-efek' penjelmaan sakit, baik dengan kata, aksi, maupun cara lain. Singkatnya, bukan cara.. bukan asal.. bukan bentuk.. tiada ikatan, tiada batasan, tiada nilai absolut bagi hanya untuk mewakilkan 'sakit'. penilain berbeda terhadap 'sakit' pasti dan mutlak menjadi kewajaran.

ahh.. memang memuakkan semua celoteh manusia, mungkin sebab keanekaragamannya, sementara kicauan burung selalu mengundang decak kagum pendengarnya. Sayang.. setelah rasa muak bertandang kicauan burungpun tak pernah hinggap di daun telinga.

1 Comments:

At 8:10 PM, Anonymous Anonymous said...

...

 

Post a Comment

<< Home