Sunday, June 11, 2006

Nabi Adam dan Iblis




memang tidak semua perkara itu mudah... walaupun pada takaran biasanya/umumnya ia memang hal sepele/mudah/enteng/biasa/keciil/seujung kuku.
nyatanya dinamika semua itu tidak berada di kontrol tangan kita -bahkan- tidak pula kita memiliki kontrol itu sama sekali.. disamping keupayaan kita 'mengontrol'nya setelah ia menjadi perbendaharaan bagi 'diri'.

kebiasaan-kebiasaan bisa saja berubah menjadi ketidak-biasaan ataupun justru ke-luar-biasaan. begitu pula yang alami,natural,hukum,adat... diri kita sendiri adalah monument bergerak yang dengannya -kebergerakan tersebut- selalu kita menapis/menepis kalau monument adalah kita, wajar sebab kita tidak statis.. bergerak dan bergerak, namun jika kita terpana/terlupa/terkesima/terbutakan hanya oleh satu sisi pandangan mata dengan bola mata yg di kepala kita ini... maka kesimpulan yang ada.. adalah kita buta/tuli/dungu/bodoh/tak ada panca indra selain bentuknya.. ya itu tadi.. sebuah monument.

tiada keuntungan melebihi dari menjadi manusia sejati, tiada kerugian selain dari itu. Dari kecil kita sering mendengar '...cita-citamu setinggi bintang di langit' sebab memang ke bawah/rendah bukanlah kesejatian manusia kecuali unsur-unsur 'kebawah' tersebut dalam artian memandang untuk tiada angkuh/sombong/kenistaan.

Ayah kita Nabi Adam, diturunkan dari 'ketinggian' tempat... dan kepada tempat semula perjuangan/jihad/cita-cita/maksud/tujuan itu.
Iblis dikeluarkan dan dinistakan... dan tiada kerelaannya bagi yg lain justru dimasukkan dan dimuliakan.

tiada keindahan melebihi dari dimuliakan di sisi-Nya. Dan bagaimanakah kami memuliakan-Mu Ya Allah.... ihdinaa ihdiinaa Ya Kariim.

1 Comments:

At 8:15 AM, Anonymous Anonymous said...

muhasabah diri....

 

Post a Comment

<< Home