Hakikat
ada kalanya pertanyaan pertanyaan demi pertanyaan bertubi-tubi menghantam logika menyebabkan tiada aksi bahkan takkalah seringnya reaksi sebagai bentuk perlawanan ataupun sekedar respon terhadap semuanya. jangankan bicara mengelak
sedang pemikiran itu tidak pernah eksis dalam keadaan seperti ini.
di saat yang lain, ada kalanya kebisuan sampai kepada tahap maksimal. berkesan serupa seperti di atas, tiada aksi dan
reaksi ,... responpun tidak.
bersinonim kah kedua keadaan di atas ?!
fantasi dan ilusi sudah tidak dapat dibedakan
doa dan harapan hanya dipandang sebagai suatu bentuk masuk ke toilet tanpa membedakan air yang dibuang 'besar' atau
'kecil'
asa, harapan, cita-cita dan keinginan bak mengutip rasa air dari percampuran di muara antara tawar dan asinnya
laut... di mana sangat disadari yang payau bukan pilihan, sama sekali bukan.
apa yang dibicarakan adalah kebisuan
apa yang didiamkan adalah teriakan
apa yang diam adalah berlari
apa yang berlari adalah ketidaktahuan tujuan
apa yang dituju adalah pertanyaan
pertanyaan akan ketidaktahuan pertanyaan dan jawaban sekaligus
petunjuk adalah setetes air laut di neraka
dahaga tiada tara adalah pengetahuan akan tidak hilangnya ia oleh jenis dan jumlah air itu...
tapi menyentuh adalah nafsu
nafsu adalah kegelapan dari semua kegelapan yang tergelap
nafsu adalah keengganan tersentuh oleh seminimal bias cahaya
kambing hitam juga adalah nafsu
ironisnya, serban putihpun bisa berinisial serupa
sungguh tiada pengetahuan... ntahkan lagi makrifat
yang semu pun tidak dapat dipastikan .. apalagi hakikat
aku tak ingin 'ber-aku'
tapi ketika 'ber-aku' muncul cermin aku yang tau ia hanya bayangan
tak ingin dalam keinginan
berkeinginan dalam tak ingin
apa hakikat pasrah dan bagaimana ianya bertaraf hakikat ?
sungguh panjang perjalanan, bagaimana tidak ianya tak berpenghujung
sungguh pendek dan singkat ketersediaan waktu ... takut tidak sampai .. sungguh takut tidak akan sampai..
0 Comments:
Post a Comment
<< Home